BINTANG
KEHIDUPAN
Mungkin aku bukan
siapa-siapa,aku juga bukanlah orang yang mempunyai pengaruh apa-apa di negeri
ini.aku hanyalah seorang anak gelandangan yang mempunyai mimpi,mengais rizki
dari jalanan,mengamen kesana kemari hanya untuk mencari sesuap makan.Perang kehidupanku
dimulai saat aku mulai berkunjung ke ibu kota,karena di desaku tak ada
pekerjaan yang memadai aku putuskan mengikuti ajakan teman yang tak jelas
pekerjaan seperti apa yang ada di jakarta nanti.”dilla..ayo berangkat?”iya
sebentar aku pamit ibuk,”buk...dilla berangkat dulu ya?”ibuk tidak keberatankan
dilla tinggal...dilla mempunyai sebuah mimpi buk,doakan dilla ya buk?”ibuk
hanya menangis aku tau perasaannya mungkin dia tak tega apa lagi di usiaku yang
masih belia harus merantau di jakarta.
Kereta
api yang ku naiki ternyata telah sampai di jakarta,”fit..ayo bangun..kita dah
nyampe jakarta nih?”fitri temanku yang berangkat bersama-sama denganku
terperanjat,”wah...indahnya jakarta ayo-ayo keluar aku gak sabar pengin lihat
monas!!”.berhari-hari terkatung-katung dijakarta membuat ongkos kami kian habis
sedang pekerjaan yang kami cari tak kunjung dapat maklum namanya kota besar
kalau cari pekerjaan harusnya bawa ijazah minimal S1,”hemh....”tapi kami ini
apa karena himpitan ekonomi SD pun kami tak lulus.setelah berbulan-bulan aku putuskan
untuk ngamen bersama fitri,entahlah ini pekerjaan hina atau apa yang kami fikir
hanyalah kami bisa makan besok.kerasnya kehidupan ibukota sering membuatku
menangis,pernah suatu malam kami di cegat brandalan uang hasil ngamen dari pagi
sampai malam di minta karena kami di anggap sudah menjamah wilayah mereka
bahkan sempat mereka menggodaku dan untung ada para pedagang kaki lima yang
menolong.aku dan fitri menangis di emperan toko biasa kami tidur,”gimana besok kita
makan ya fit?sedang uang kita diminta semua sama mereka”.fitri malah menangis
menjadi-jadi,”aku pengin pulang saja dil..”aku kangen mak,biarin hidup susah di
desa tapi beban hidup gak ampe seberat ini”.hatiku berkata mungkin fitri benar
tapi dengan apa kami pulang?terus bagaimana dengan mimpiku?”.
Tak
terasa hampir 1 tahun aku dan fitri
mengais rejeki dijakarta,penderitaan dan cobaan kami lalui dengan tangis dan
doa setiap harinya,mungkin benar kata orang “ibukota
lebih kejam dari pada ibu tiri”.setelah cukup ongkos fitri malah memutuskan
untuk pulang.”dilla...kamu yakin gak ikut aku?”gak fit...aku masih ingin
mengejar mimpiku,”ya udah jaga dirimu dil ku doakan cita-citamu
berhasil?”makasih fitri,kamipun berpisah di stasiun gambir...aku kembali bersama
teman-teman sesama pengamen dan fitri pun berlalu.suatu malam aku bermimpi bertemu
ibuk dia memberikan sesuatu yang sangat terang entah apa tapi itu seperti
bintang namun sangat indah.hingga suatu hari saat aku mengamen disebuah toko
kaset ada seorang laki-laki tua menyapaku,”nak..namamu siapa?suaramu
bagus”.”nama saya faradilla pak,terimakasih...banyak yang memuji seperti itu
tapi saya ini hanya seorang pengamen bukan penyanyi!!!”kamu pengin jadi
penyanyi?”kamu bisa ikut saya,saya tau cara mengasah bakat kamu”.sebenar nya
agak ragu tapi ku iyakan tawaran itu,setelah sesaat naik mobil bersama bapak
itu kami berbelok dirumah yang amat mewah disana banyak anak-anak muda
sepertiku ada yang main gitar ada yang nyanyi-nyanyi setelah ku baca papan di
dekat pagar “DEDE STUDIO”(TEMPAT MENGASAH BAKAT) baru aku tau disini memang
tempat anak-anak sepertiku yang kurang beruntung,siapapun boleh datang kesini
untuk belajar.ternyata di negeri yang serba semrawut ini masih ada orang sebaik
pak dede yang menyediakan tempat untuk kami para tunawisma yang di anggap
sampah oleh pemerintah.
Waktu
kian berlalu bakatku mulai terlihat,pak dede sangat suka dengan suaraku
coba-coba pak dede memasukkan aku kedapur rekaman,baru mengeluarkan singgle
pertama laguku langsung meledak di pasaran dan menduduki tangga lagu di urutan
pertama.akhirnya banyak sekali tawaran untuk manggung,semua terpesona dengan
suara emasku.hingga suatu saat aku ingat ibuk dan fitri aku pun bicara pada pak
dede yang memang sudah ku tunjuk sebagai managerku dan diapun menyetujuinya
namun masih 1 minggu aku harus menunggu karena jadwal yang padat.saat terdiam
memandang foto ibuk dalam hati kecilku berkata,”buk....kini dilla mampu mewujudkan mimpi dilla atas semua doa ibuk,dilla
juga ingin ibuk merasakan kebahagiaan ini.inilah cita-cita dilla buk,ternyata kesuksesan
seseorang tidak di tentukan dari setinggi apa dia mengenyam pendidikan tapi
dari seberapa besar dia mau berusaha.orang miskin seperti akupun punya mimpi
yang dapat diwujudkan,kini aku seperti bintang yang mampu memberi sinar pada
kehidupan”.
TAMAT