Senin, 03 Februari 2014

LANGKAH MEMBUAT NOVEL

Langkah awal sebelum memulai menulis adalah:


1). Tentukan tujuanmu, apakah kamu akan menulis sebuah cerpen, cerbung, flash fiction ataukah novel. Tentukan juga genre nya. Ada banyak genre yang dapat kamu pilih, bisa roman, misteri, fantasi, horor, dan masih banyak genre lainnya. Tulisanmu harus mampu meyakinkan pembaca. Caranya? Gambarkan latar belakang dengan baik dan tepat. Misalnya, bukan dengan menceritakan “Dia adalah orang yang jorok, ” tetapi dengan menggambarkan keadaan, misal: “Hal pertama yang menarik perhatianku adalah setumpuk sampah di pojok kamarnya”.

2). Buatlah karakter yang “kuat” dan “nyata”. Gak sulit kok mendapatkan karakter: lihat saja orang-orang disekitarmu dan jadikanlah mereka karakter fiksimu.

3). Kenali juga karakter kalian, boleh kok kalian buat biodata masing-masing karakter. Misalnya, tokoh utama kalian adalah Rama. Buat biodatanya dari nama lengkap, tanggal lahir, hobinya, sifat-sifatnya, dll. Sehingga, dapat mempermudah kalian saat pengembangan ide cerita kalian nantinya. Bedakan antara karakter dewasa, remaja dan anak-anak. Masing-masing usia memiliki karakter alami yang tak bisa dihilangkan

4. Buat plot! Tentukan bagian2 penting dari fiksimu dari awal, klimaks hingga ending. Tanpa plot, fiksi kalian dapat mengalir entah kemana sehingga tak pernah mendapatkan ending nya. Cara membuat plot? Mudah. Gunakan saja mind map (peta pikiran). Bagian penting dari plot: pengenalan tokoh, pre-konflik, konflik, klimaks, post-konflik dan ending.

5. Klimaks. Merupakan bagian paling penting dari sebuah cerita. Klimaks cerita menentukan seberapa berhasilnya karyamu! Pada klimaks,kita membangun partisipasi pembaca,untuk mampu berimajinasi bahkan berkeinginan untuk menjadi sang tokoh utama.

6. Yang tak kalah penting: Sudut pandang “point of view”. Ada sudut pandang orang pertama, orang kedua dan orang ketiga. Yang terpenting: Konsisten! Maksudnya konsisten adalah: gunakan satu sudut pandat dalam satu cerita, jangan bervariasi karena membuat pembaca bingung.

7. Jangan lupakan dialog antar tokoh dengan pas, kurang dialog akan membuat pembaca bosan. Sedangkan dialog yang berlebihan juga dapat membuat pembaca tidak memahami cerita kalian. Saat menulis dialog, perhatikan juga aksen bicara dan karakter si tokoh.



NB: Dalam membuat novel kita juga merasa perlu untuk membuat outline/kerangka novel, ini sangat dibutuhkan untuk membantu penulis terutama agar: ide tidak terlalu menyebar ke mana-mana. Sehingga akan membuat bingung penulis sendiri nantinya. Sedangkan sinopsis dan outline sangat dibutuhkan apabila naskah ingin diajukan ke penerbit mayor. karena dari sinopsis dan outline itulah biasanya penerbit mayor menilai isi novel kita layak ataukah tidak untuk mereka terbitkan.







 
Sumber: http://nulisbuku.com/blog/2014/01/7-tips-menulis-novel/

SI DODOT LEMOT


Masukkan, hanya berputar melingkar dan terus berputar. Waktu tinggal satu jam, tapi putarannya hanya diam di tempat, tak ada reaksi... jalan pun tidak. Emosi. Kulirik jam tangan yang tak pernah lepas dan selalu melingkar di tangan kiriku, pukul 23.25 WIB.

"Kamu ini kenapa, berapa persen sih otakmu kenapa dari tadi cuma jalan di tempat?"

Makin berang, kuseret selimut yang sedari tadi menunggu dengan penuh kesabaran. Sesabar aku menunggu jalannya, tapi tetap saja merangkak pelan-pelan meskipun iming-iming es krim sudah kutunjukkan. Merasa tak tenang kuintip lagi jalannya dari balik selimut yang sebenarnya membelenggu, masih tetap sama, jalan di tempat dengan gemulai gerakannya.

"Hah... Apa-apaan sih, kenapa suka sekali menggodaku? waktuku hampir habis, jangan hanya berputar mengitari sumbumu. Disini banyak hal baru kalau kau ingin tau, teman pun banyak yang menunggu tapi ayo... Jangan duduk diam begitu?" umpatku.

Bangun lagi, hati tak tenang fikiran gusar. Terbayang mata pak dosen yang melotot tajam, mencari ratusan tugas di perpustakaan sebagai jawaban akhir, sebuah hukuman itu pasti karena hari ini hari terakhir. Marahku tak mempan, umpatanku pun di abaikan pakai jalan lain. Ya... satu-satunya cara, cabut.

Keluar kamar bersungut-sungut, semoga ada tempat yang bagus untuk melatihnya berjalan lagi. Bisa 'berabe' urusannya kalau sampai hari ini tidak kelar, terbayang lagi sorakan teman-teman pasti senang kalau aku dapat hukuman. Masukkan, "connect"... Terhubung!

"Yes, akhirnya... bersahabat juga dirimu?" seringaiku menahan rasa senang. "Oke kawan, ayo jalan?"

Diam? kenapa? ah... Otaknya kumat lagi, tak bisa berfikir dan makin lambat. Kalau begini caranya mungkin besok sudah waktunya kubawa ke museum, diabadikan menjadi pajangan. Di masukkan kotak rapi yang tak tersentuh tangan.

Kuambil sepotong puding dari lemari es, dingin... cukup untuk mengompres kepala yang semakin panas. Berputar... terus berputar, kembali seperti semula dan hanya diam di tempat. Kulirik, ia seperti mengejekku dengan liukannya yang kurasa juga tak 'luwes' malah bikin otak mendidih.

Cukup sudah aku menantimu, kau memang tak tau diri? dua tahun kita bersama tapi tetap saja kau sebodoh saat kita bertemu dulu. Mungkin pertemuan ini pertemuan terakhir kita. Selamat tinggal, tak usah menunggu di akhirat?" dongkolku. Sekarang tak ada ampun, lewat tengah malam.

Cabut, ia menatapku pasrah. Liukan tarian putar-putarnya sudah sama sekali tak menghiburku malah menambah penat otak bebalku. Makin dipaksa makin mengejek, jalan satu-satunya putus saja. Tak ada lagi perjanjian, tak ada lagi pertemuan dan kini ku ucap selamat tinggal.

Lempar ke lemari, "Pletakk!"

"Besok beli lagi, atau jalan satu-satunya ke warnet?" huft, lempar badan ke kasur.

"Glubukk!"

Sabtu, 01 Februari 2014

KENANGAN



Berpuisi, mengungkapkan isi dalam hati. Menyiratkan rasa dalam kata-kata, meski bukan pujangga setiap orang mampu berpuisi. Nilai bobot tulisan, tergantung ilmu yang ditadahnya.
                                     --------------Iza, 02-02-14----------- 


Kubisikkan namamu dalam lubuk hatiku
 Kutanggalkan cinta yang dulu pernah ada di antara kita
Akankah dunia tau perih yang melanda jiwaku?

Pusaran angin yang membawa kerinduan
Mengecup angan; menuai bayang yang kian temaram
Lilin putih yang menerangi kegelapan
Akankah ia mampu bertahan dengan angin yang mengguncangkan

Biarkan malam berlalu kan kusambut sepiku dalam damai mimpi
Aku yang terhipnotis waktu tak lagi menyadari
Hilangmu yang kian tak berarti akankah menyikap tabir kerinduan ini

Tuhan........
Masih terbayang cinta yang aku beri untuknya
Yang ia sia-siakan sewaktu aku dalam gelap senja
Akankah malam menyulurkan serunai angan?
Dikala aku jatuh terantuk biru pelangi yang hilang di pagi buta

Hina.... jauh lebih hina...
Aku yang merangkak dalam serakan sampah
Memohon dengan airmata yang kian mendarah

Takkan kubuang benci ini meski hidup tak lagi bermelodi
Dia yang terkenang....
Dia yang aku sayang....

Terbanglah bersama awan meski mentari menghilangkan putihnya
Tinggalkan semua cerita biarkan aku yang menyambut mega
Dunia tetap dunia dan hidup akan terus berjalan

Jangan kau racuni putih mutiara dengan hitamnya tinta
Agar tak lagi kau mampu merasa
Sesosok bayang yang menyeruak dalam nista.

MENYAPIH, TIDAK SULIT


Bagi sebagian ibu-ibu yang pernah menyusui pasti pernah mengalami yang namanya 'menyapih'. Hal ini mungkin kadang dirasakan sebagai momok, karena menyapih sama seperti memisah sebagian dari tubuh kita. Butuh mental untuk melakukan ini, baik dari Sang Ibu ataupun anak.

Meski begitu, menyapih dapat menjadi hal yang menyenangkan jika melakukannya saat Sang Ibu dan anak telah siap. Pshikis yang baik sangat diperlukan oleh ibu, agar si anak pun siap untuk menjalani masa penyapihan ini. Jangan sekali-kali memaksa anak untuk menyudahi ‘netek’ jika anak memang benar-benar belum siap. Karena, ini akan mempengaruhi kejiwaan anak dimasa mendatang  Ia akan merasa minder, kecil dan merasa tidak disayangi lagi.

Usia dua tahun adalah saat yang pas untuk menyapih, karena di usia ini anak sudah bisa diberi pengertian. Tetap berikan pelukan yang hangat, dan percayakan pada anak bahwa Ia pasti bisa. Perhatian yang lebih harus diberikan, karena ini yang akan menguatkan mental anak. Biarkan mengalir jangan terburu-buru, jika sesekali anak masih rewel itu wajar mungkin karena ia masih merasa belum siap.

Peran Sang Ayah juga sangat membantu saat proses penyapihan. Karena, saat proses ini biasanya anak merasa disisihkan oleh Sang Ibu. Ayah harus pandai-pandai menghibur hati anak dan tetap memberikan semangat pada Sang Ibu. Jika ini sudah berjalan, lama kelamaan anak akan mengerti dan tidak rewel lagi.

Tidak sulit kan??
 Menyapih sama juga artinya kita telah membebaskan buah hati kita untuk, mandiri menjemput masa depannya.