Sabtu, 06 Juli 2013

SESAL



SESALKU

Andai dulu kita dapat hidup mandiri mungkin masih ada waktu untuk kita menentukan pilihan hidup.tangan kekar mereka yang mencekeram lengan kita tak mungkin kita lepas sebelum semua terlepas sendiri dan mati bersama kemauan yang mengguncang jiwa kita. Ataukah  binasa!!!ah...apa itu kata yang sopan??aku rasa tidak kata itu terlalu kasar untuk orang tua yang kadang baik tapi juga kadang hampir membunuhku dengan cengkeraman-cengkeraman yang kian melilit leherku,entahlah aku hanya ingin mereka melepaskan genggaman mereka atas kehendak-kehendak sempit dan bodoh ini.
Aku tau sebenarnya kemauan mereka untuk masa depan kita tapi apa salah manusia seperti aku,punya hak juga kan???.kadang tak rela dikekang,kadang ingin terbang bebas dengan jalan hidup yang aku pilih sendiri. Jauh aku menerawang tapi kau hanya terdiam dalam kebisuan malam. Anganku,masa depan yang lama ku ukir terpupus sudah bersama keputusan yang aku pilih terlalu singkat ini.haruskah aku menyesali semua dengan apa yang telah aku perjuangkan atau memang terlalu kacaunya aku karena memikirkan ekonomi dan kebebasan yang dulu pernah hinggap sesaat di usia remaja yang masih belum terpuaskan,ah....mungkin itu terlalu dramastis pantaskah pemikiran konyol seperti ini hinggap di seorang sarjana yang entah kapan ku lanjutkan skripsi. bukankah tak realistis???ah....fikiran bodoh lagi.
“Jen...kamu berfikir masa depan konyol itu lagi??? Kapan maju kalo nglamun mulu” tara menepuk pundakku dan menggeleng-gelengkan kepala. 
Kakak perempuanku ini menyebalkan,tak semestinya ia mengolok aku dengan rona kehidupanku yang serba rumit begini.semua terasa bodoh,otak bebal,hati kacau yang ada hanya ingin marah dan menangis tapi buang-buang energi semua tetap akan sia-sia. Hubunganku dengan mertua memang kurang baik akhir-akhir ini setelah ketahuan dia menjelek-jelek dibelakangku. Sebenarnya masa bodoh dengan mereka yang aku tahu mereka kadang juga baik meski Cuma harta yaang mampu ia beri bukan kasih sayang layaknya ibu yang mengandung aku. Andai dulu nurut, jangan kawin dulu kalo belum siap betul,ah....tapi apa mungkin membalikkan hari yang sudah terlewat.sulit juga menarik benang yang telah kusut dalam fikiranku ini. Seperti membolak-balik buku primbon yang kurang faham maksudnya.
Tatkala aku ingin beranjak dari lamunan kepedihan yang berkepanjangan yang makin lama mengendap dalam otak bebalku ini hp tiba-tiba berbunyi.”dengarlah matahariku....suara tangisanku...” lagu agnes monica bintang masa depan yang menjadi  ikon anak muda sekarang ah...lagu itu tak asing lagi pasti panggilan dari suamiku. 

“Hallooo assalamualaikum..?” tanyaku datar tak semangat.

“Halloo....walaikumsalam,ma...kapan ayah bisa jemput??” suara yang tak asing diseberang sana. Aku tahu cintanya mengikat kehidupanku sangat erat dan mungkin takkan lepas,akupun mempertahankannya namun semua mungkin akan lebih bahagia jika jauh dari orangtuanya. 

“Nanti sore aja ya yah...mama masih kangen ibuk lama gak kunjung juga kan??”

“Tapi rumah gak ada orang ma,ortu bentar lagi mau pergi tapi kalau mama tetep pengin disitu ya sudah papa tak nunggu rumah sendiri aja!!” 

Perkataan kurang ikhlas yang pahit kalau dicerna,selalu begini akhirnya dan tetap aku juga yang mengalah menggantikan perasaan kekecewaannya dengan kecewaku.mungkin suami tak pernah berfikir sedetail itukah perasaan wanita tapi inilah pemberian tuhan padaku aku pun hanya mampu bersabar.

“Ya sudah.....papa jemput aja sekarang?” ku tutup hpku,males jengkel meluap-luap dan ingin segera dimuntahkan dengan air mata. 

oh....tuhan...sanggupkah aku dengan penderitaan yang engkau titipkan ini.berkah atau musibahkah mempunyai seorang suami yang over protektif seperti ini,perhatiannya terlalu besar padaku sehingga untuk berjalanpun di atur langkah kakiku namun sayang dia kalah dengan satu genggaman,yaitu keputusan orang tuanya.lebih menyerupai kura-kura dalam perahu,hidup ini sempit untuk menggapai sesuatu.jika nanti ada hari yang terang dan harapan yang mungkin bersinar semua itu yang akan memudarkan sesalku,sesal atas langkah yang salah kala itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar