SESALKU
Andai dulu kita dapat hidup mandiri mungkin masih
ada waktu untuk kita menentukan pilihan hidup.tangan kekar mereka yang
mencekeram lengan kita tak mungkin kita lepas sebelum semua terlepas sendiri
dan mati bersama kemauan yang mengguncang jiwa kita. Ataukah binasa!!!ah...apa itu kata yang sopan??aku
rasa tidak kata itu terlalu kasar untuk orang tua yang kadang baik tapi juga
kadang hampir membunuhku dengan cengkeraman-cengkeraman yang kian melilit
leherku,entahlah aku hanya ingin mereka melepaskan genggaman mereka atas
kehendak-kehendak sempit dan bodoh ini.
Aku tau sebenarnya kemauan mereka untuk masa depan
kita tapi apa salah manusia seperti aku,punya hak juga kan???.kadang tak rela
dikekang,kadang ingin terbang bebas dengan jalan hidup yang aku pilih sendiri. Jauh
aku menerawang tapi kau hanya terdiam dalam kebisuan malam. Anganku,masa depan
yang lama ku ukir terpupus sudah bersama keputusan yang aku pilih terlalu
singkat ini.haruskah aku menyesali semua dengan apa yang telah aku perjuangkan atau
memang terlalu kacaunya aku karena memikirkan ekonomi dan kebebasan yang dulu
pernah hinggap sesaat di usia remaja yang masih belum terpuaskan,ah....mungkin
itu terlalu dramastis pantaskah pemikiran konyol seperti ini hinggap di seorang
sarjana yang entah kapan ku lanjutkan skripsi. bukankah tak
realistis???ah....fikiran bodoh lagi.
“Jen...kamu berfikir masa depan konyol itu lagi??? Kapan
maju kalo nglamun mulu” tara menepuk pundakku dan menggeleng-gelengkan kepala.
Kakak
perempuanku ini menyebalkan,tak semestinya ia mengolok aku dengan rona kehidupanku
yang serba rumit begini.semua terasa bodoh,otak bebal,hati kacau yang ada hanya
ingin marah dan menangis tapi buang-buang energi semua tetap akan sia-sia. Hubunganku
dengan mertua memang kurang baik akhir-akhir ini setelah ketahuan dia menjelek-jelek
dibelakangku. Sebenarnya masa bodoh dengan mereka yang aku tahu mereka kadang
juga baik meski Cuma harta yaang mampu ia beri bukan kasih sayang layaknya ibu
yang mengandung aku. Andai dulu nurut, jangan kawin dulu kalo belum siap
betul,ah....tapi apa mungkin membalikkan hari yang sudah terlewat.sulit juga
menarik benang yang telah kusut dalam fikiranku ini. Seperti membolak-balik
buku primbon yang kurang faham maksudnya.
Tatkala aku ingin beranjak dari lamunan kepedihan
yang berkepanjangan yang makin lama mengendap dalam otak bebalku ini hp tiba-tiba
berbunyi.”dengarlah matahariku....suara tangisanku...” lagu agnes monica
bintang masa depan yang menjadi ikon
anak muda sekarang ah...lagu itu tak asing lagi pasti panggilan dari suamiku.
“Hallooo
assalamualaikum..?” tanyaku datar tak semangat.
“Halloo....walaikumsalam,ma...kapan
ayah bisa jemput??” suara yang tak asing diseberang sana. Aku tahu cintanya
mengikat kehidupanku sangat erat dan mungkin takkan lepas,akupun mempertahankannya
namun semua mungkin akan lebih bahagia jika jauh dari orangtuanya.
“Nanti sore aja ya yah...mama masih kangen ibuk lama
gak kunjung juga kan??”
“Tapi
rumah gak ada orang ma,ortu bentar lagi mau pergi tapi kalau mama tetep pengin
disitu ya sudah papa tak nunggu rumah sendiri aja!!”
Perkataan
kurang ikhlas yang pahit kalau dicerna,selalu begini akhirnya dan tetap aku
juga yang mengalah menggantikan perasaan kekecewaannya dengan kecewaku.mungkin suami
tak pernah berfikir sedetail itukah perasaan wanita tapi inilah pemberian tuhan
padaku aku pun hanya mampu bersabar.
“Ya
sudah.....papa jemput aja sekarang?” ku tutup hpku,males jengkel meluap-luap
dan ingin segera dimuntahkan dengan air mata.
oh....tuhan...sanggupkah
aku dengan penderitaan yang engkau titipkan ini.berkah atau musibahkah
mempunyai seorang suami yang over protektif seperti ini,perhatiannya terlalu
besar padaku sehingga untuk berjalanpun di atur langkah kakiku namun sayang dia
kalah dengan satu genggaman,yaitu keputusan orang tuanya.lebih menyerupai
kura-kura dalam perahu,hidup ini sempit untuk menggapai sesuatu.jika nanti ada
hari yang terang dan harapan yang mungkin bersinar semua itu yang akan
memudarkan sesalku,sesal atas langkah yang salah kala itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar