Kamis, 07 November 2013

ES CAMPUR BERCENDOL CINTA



Ayo... ikut nggak, buruan keburu habis nanti?” teriak Rafa dari jendela kelasku. Meski sedikit aneh aku hanya menganggukkan ajakannya. Sambil sedikit buru-buru menata buku karena kuliah telah usai hatiku tetap penasaran. Memang sejak berangkat tadi Rafa sudah ngotot ingin membeli es campur yang ada di pojok kampus, entah kena pelet siapa dia bersikukuh banget pengin beli es disitu katanya penjualnya aduhai.. dan masih muda. Sampai di tempat aku pun sedikit kaget kok ya ada penjual es yang beli ampe baris berbaris begitu? sejak kapan ada penjual es sampai selaris itu, apa lagi di musim hujan begini. 
 
“Haduh...rame banget Fa, males aku kalo suruh ngantri?mending ke kantin aja yuk!” rengekku yang memang sedikit malas dengan ajakan Rafa. 

“Enggak, pokok aku mau beli disini dulu!!sayangkan udah antrian kelima malah ditinggal?” Rafa bersikukuh.

Akhirnya aku turuti saja permintaan konyol ini, toh..mata kuliah kedua bebas soalnya pak dosen lagi gak ada. Setelah hampir setengah jam menunggu, akhirnya diladeni juga sama si abangnya.
“Es nya berapa mbk?” tanya si abang. “Dua mas, yang satu jangan banyak-banyak es nya?” jawabku, ku lihat Rafa tersenyum sambil tersipu-sipu seperti kebanyakan cewek-cewek yang membeli es disini.
 “Ih...kamu kenapa sih, genit deh?” sergahku. 

“Hih...kamu gak lihat ya tadi mas nya natap aku sama senyum, coba kamu lihat deh tampan banget kan. Uh, andai dia jadi pacarku?” Rafa cekikikan sendiri. 

“Eh,  GR banget??”balasku.

Meski tak pernah ku tanggapi kata-kata Rafa tapi diam-diam aku pun mulai memperhatikan abang penjual es itu. Dia memang tampan, hidungnya mancung, berperawakan tinggi dan bibirnya yang mungil merah tampak sangat serasi dengan kulitnya yang putih. Aku ragu laki-laki seperti dia tak sepantasnya berjualan es campur di pinggir jalan. Hari demi hari Rafa terus mengajakku ke sini, yang menurutku makin hari memang makin special. 

Ya, bagaimana tidak jika satu hari tak kesini rasanya kangen sama yang jualan, namun hal ini aku sembunyikan dari Rafa takut dia patah hati. 
“Mas es campur 2, seperti biasa ya?”dia hanya mengangguk sambil tersenyum dan senyum maut itulah yang ku tunggu-tunggu setiap hari yang membuat hatiku kian dag..dig..dug.

 “Silahkan es nya!!” sapa mas yang menjual. Namun dari arah yang berbeda seperti terasa diraba seseorang menyelipkan kertas ditanganku.

“Temui aku malam ini di taman ku tunggu jam 7”. Aku sangat kaget ternyata surat kecil ini dari abang penjual es.

Ku tepati janjiku malam itu, aku bertemu dengannya di taman.
 
“Aku tau kadang diam-diam kau memandangku, mungkin kau belum mengenalku tapi yang pasti ayahmu telah menjodohkan kita” ditengah perbincangan kami tiba-tiba dia berceletuk begitu. Aku sangat kaget namun sebelum aku sempat bertanya dia melanjutkan kata-katanya. “Jangan heran mira, aku berjualan es dikampus mu karena memang ingin melihatmu dan mengawasimu dari jauh, aku baru lulus dari universitas kedokteran dan tentunya kau telah mengenal baik ayahku. Pak ridwan bukankah dia dekan fakultasmu?” aku tak menjawabnya hanya mampu ku teteskan airmata. 

Ku peluk erat tubuh calon suamiku, mas Dodi mungkin inilah yang di ceritakan almarhum ayah. Aku akan menemui  jodohku nanti disini di kampus ini, dan pak ridwan adalah orang terbaik yang pernah ku temui karena beliau sahabat ayah dulu dan telah ku anggap seperti ayahku sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar